Rabu, 08 Januari 2020

Roberto Carlos dan Gol Tendangan Bebas yang “Melawan” Hukum Fisika

Roberto Carlos adalah salah satu legenda sepak bola dari Brasil. Sosok yang berposisi sebagai bek kiri ini ahli dalam urusan tendangan bebas. Salah satu golnya yang paling berkesan adalah gol tendangan pisang saat Brasil melawan Perancis di Tournoi de France 1997.



Sejarah Singkat Karier Roberto Carlos

Roberto Carlos yang bernama lengkap Roberto Carlos da Silva Rocha, lahir di Garca, Sao Paulo, Brasil pada 10 April 1973. Ia diberi nama Roberto Carlos karena sang ayah adalah fans penyanyi kenamaan Brasil yang berjuluk Raja Musik Latin, Roberto Carlos Braga.

Karier sepak bola Roberto Carlos dimulai sejak ia membela tim junior klub lokal, Uniao Sao Joao. Di klub tersebut, dia sudah berposisi sebagai bek kiri. Penampilan Carlos yang bagus, membuatnya dipanggil untuk memperkuat Tim nasional Brasil U-20.

Pada Agustus 1992, dalam usia 19 tahun, Roberto Carlos dipinjam oleh Atletico Mineiro. Tidak hanya itu, dia turut diangkut dalam tur klub tersebut ke Eropa. Tur ini istimewa untuk pemain-pemain muda, karena mereka diberi kesempatan bermain agar bisa bersaing ke tim utama. Sementara, para pemain inti Atletico Mineiro fokus ke Copa CONMEBOL yang digelar dalam waktu bersamaan.

Awalnya, saat tur tiba di Italia, Roberto Carlos tidak dilibatkan. Hasilnya, Atletico Mineiro kalah dari Lazio dan Torino. Namun, saat tur berpindah ke Spanyol, Carlos diberi kesempatan. Ia tampil penuh selama 90 menit melawan Lleida. Berikutnya, Carlos kembali bermain saat Atletico Mineiro berjumpa Logrones dan Athletic Bilbao.





Belakangan, setelah pensiun, Roberto Carlos menyebut, tur pada 1992 itu berpengaruh besar dalam kariernya. Berkat tur tersebut, jalan sang bek kiri untuk berkarier di Eropa mulai terbuka. Tapi, untuk terjun di ketatnya kompetisi Eropa, Carlos mesti menunggu lebih lama. Pada 1993, dia bergabung dengan klub Brasil lain, Palmeiras, dan menghabiskan waktu dua musim.

Setelah memberikan gelar juara Serie A Liga Brasil dua kali beruntun untuk Palmeiras, Roberto Carlos akhirnya meninggalkan Brasil. Dia sebenarnya punya opsi bergabung dengan Aston Villa. Namun, Carlos memilih Inter Milan, klub raksasa Serie A Liga Italia yang sedang menjulang.

Roberto Carlos menjalani debut bersama Inter dengan cara luar biasa. Dia langsung mencetak gol kemenangan Nerazzurri atas Vicenza dari tendangan bebas berjarak 30 meter. Meski debutnya bagus, Carlos hanya bertahan semusim di Inter. Dia punya masalah dengan pelatih saat itu, Roy Hodgson, yang menginginkan Carlos bermain sebagai sayap kiri, bukan bek kiri.

Tawaran berikutnya datang dari Real Madrid. Klub ibukota Spanyol itu menjadi klub terlama yang dibela oleh Roberto Carlos. Dia bertahan di Madrid selama 11 musim, sejak 1996 hingga 2007.
Roberto Carlos menemukan masa-masa keemasannya di Real Madrid. Dia bahu-membahu dengan para bintang lain yang dibeli satu demi satu oleh presiden klub, Florentino Perez. Mulai dari Luis Figo, Zinedine Zidane, Ronaldo, David Beckham, sampai Sergio Ramos.

Dengan menumpuk bintang, Real Madrid jadi raja Eropa. Mereka meraih gelar Liga Champions pada 1998, 2000, dan 2002. Carlos selalu tampil dalam laga final kompetisi tersebut. Dia turut andil dengan menciptakan assist untuk gol tendangan voli Zinedine Zidane di final Liga Champions 2002 melawan Bayer Leverkusen.

Tidak cuma membawa Madrid berjaya di level benua, Roberto Carlos juga membuat tim yang bermarkas di Santiago Bernabeu sukses di level domestik. Madrid mendapatkan 4 gelar Liga Spanyol dan 3 gelar Piala Super Spanyol selama Carlos menempati posisi bek kiri. Total di Madrid, Roberto Carlos mencetak 67 gol dalam 512 penampilan di semua kompetisi.

Setelah kontrak Roberto Carlos di Real Madrid berakhir, ia mulai berkelana ke berbagai klub di mancanegara. Usianya juga sudah tidak muda lagi. Dalam usia 34 tahun, ia bergabung ke Fenerbahce (Turki). Carlos sempat pulang ke Brasil untuk bermain di Corinthians.

Carlos menjajal karier kepelatihan dengan menangani Sivasspor (Turki), Akhisar Belediyespor (Turki), dan Delhi Dynamos (India). Di Delhi

Dynamos, ia menjabat sebagai pelatih sekaligus pemain, sebelum benar-benar pensiun dari sepak bola profesional pada 2015.

Tendangan Bebas yang Melengkung Bagai Spiral

Sepanjang kariernya, Roberto Carlos banyak menuai pujian. Legenda Brasil, Pele, memasukkannya dalam FIFA100, daftar pemain terbaik dunia sepanjang masa. Selain itu, mantan pelatih Real Madrid dan timnas Spanyol, Vicente Del Bosque pernah berkata, Carlos punya kemampuan untuk menguasai seluruh areal kiri timnya, baik dalam urusan menyerang maupun bertahan. Rata-rata kecepatan Carlos adalah 10,6 detik untuk lari 100 meter.

Yang paling penting, Roberto Carlos dikenal sebagai ahli tendangan bebas. Dia sering menciptakan gol tendangan bebas dengan ciri khas tembakan kencang bagai roket. Berdasarkan berbagai penelitian yang dikutip The Guardian, rata-rata tendangan bebas Carlos berkecepatan 105 mph atau 169 km per jam. Inilah alasan Carlos dijuluki El Hombre Bala alias Manusia Peluru.

Momen paling dahsyat yang pernah diciptakan Carlos untuk urusan tendangan bebas adalah saat Brasil melawan Perancis di Tournoi de France 1997.

Pertandingan Brasil kontra Perancis itu terjadi tepatnya pada 3 Juni 1997 di Stade de Gerland, Lyon. Menit ke-21, Brasil mendapatkan hadiah tendangan bebas berjarak 35 meter dari gawang lawan.

Carlos melepaskan tembakan yang seakan bakal melenceng di sisi gawang Perancis yang dikawal Fabian Barthez. Anak gawang yang ada di belakang, secara naluriah menghindar agar tidak terhantam bola. Namun, siapa yang menyangka, bola tiba-tiba melengkung mengenai tiang gawang, lantas masuk jadi gol. Barthez bahkan hanya bisa terbengong melihat kejadian tersebut.

Gol Carlos ini ramai dibicarakan, bahkan diklaim menjadi salah satu gol tendangan bebas terbaik sepanjang masa. Tidak sedikit yang menyebut, tendangan itu tidak sesuai dengan hukum fisika, karena lengkungannya tidak normal.

Namun, dalam studi ilmuwan Perancis yang dipimpin Christophe Clanet yang dipublikasikan di New Journal of Physics, ada penjelasan mengapa gol itu bisa tercipta. Secara ringkas, bola yang ditembakkan Carlos itu punya arah lintasan melengkung seperti spiral. Fakta bahwa jarak bola saat ditembakkan dengan gawang cukup jauh, yaitu 35 meter, memudahkan terciptanya arah lengkungan yang seakan tidak masuk akal.

"Jika jaraknya pendek, Anda hanya akan melihat bagian pertama dari lengkungan (arah bola), Tetapi jika jaraknya jauh seperti tendangan Carlos, Anda akan melihat bagian lengkungannya bertambah, Anda akan melihat arah lintasan bola sepenuhnya," kata Clanet dikutip BBC.

Roberto Carlos sang ahli tendangan bebas, total mencetak 102 gol dalam 820 penampilannya di level klub. Selain itu dia membukukan 11 gol lain dalam 125 pertandingan untuk timnas Brasil senior. Kini, setelah pensiun, Carlos bukan cuma menyandang gelar si manusia peluru, tetapi juga salah satu bek kiri terbaik dalam sejarah sepak bola.

0 komentar:

Posting Komentar