Minggu, 26 September 2021

6 Pemain Sepak Bola Era 90-an yang Bakatnya Sulit Terlahir Kembali

Sepak bola era 1990-an melahirkan banyak bintang unik. Di antara mereka ada seorang kiper yang ahli mencetak gol tendangan bebas, Jose Luis Chilavert. Ada pula pemain dengan karakter campuran penyerang sekaligus playmaker, seperti Roberto Baggio. Bek yang anti tackle, Paolo Maldini, masuk dalam daftar pemain unik ini.

6 Pemain Sepak Bola Era 90-an yang Bakatnya Sulit Terlahir Kembali

Jose Luis Chilavert 

Kiper bernama lengkap Jose Luis Felix Chilavert Gonzalez ini lahir di Luque, Paraguay pada 27 Juli 1965. Sepanjang kariernya, Chilavert lebih banyak menghabiskan waktu di klub-klub Amerika Selatan. Namun, dia pernah tampil untuk Real Zaragoza, tim Liga Spanyol, dan Strasbourg, tim Liga Perancis.

Chilavert punya keunikan tersendiri. Dia memang penjaga gawang yang hebat. Tetapi, ini dikombinasikan dengan kemampuan tendangan bebasnya yang luar biasa. Di level internasional, bersama timnas Paraguay, dia mampu mencetak 8 gol dalam 74 penampilan.

Gol internasional terakhir Chilavert terjadi pada 7 Oktober 2001. Ketika itu Paraguay bermain imbang 2-2 dengan Agentina di kualifikasi Piala Dunia 2002. Sementara di level klub, Chilavert membantu Strasbourg meraih gelar Coupe de France 2001. Dia adalah eksekutor terakhir timnya yang menang 5-4 dari Amiens.

Roberto Baggio


Berjuluk Il Divin Codino, Roberto Baggio adalah salah satu pemain terbaik Italia di generasinya. Sosok kelahiran Caldogno, 18 Februari 1967 ini, memang unik. Posisi asli Baggio adalah gelandang serang. Ia bisa diposisikan sebagai penyerang atau juga second striker.

Sepanjang kariernya, Robero Baggio mencetak 291 gol dalam 643 penampilan. Jumlah ini unik, karena 'terlalu banyak' untuk ukuran gelandang serang seperti Baggio. Oleh karenanya, legenda Perancis, Michel Platini menyebut, Baggio adalah nomor 9 1/2. Maksudnya, Baggio bukan striker atau nomor 9 murni, tetapi punya ketajaman di atas pemain nomor 10 pada umumnya.

Roberto Baggio memang pernah gagal mengeksekusi penalti dalam final Piala Dunia 1994 ketika Italia kalah dari Brasil. Namun, dia dikenal sebagai ahli bola mati. Baggio mencetak 85 persen dari total eksekusi penalti yang ditugaskan kepadanya. Total, dia mencetak 108 gol dari titik penalti, atau hanya meleset 19 kali.

Bukan cuma spesialis tendangan jarak 12 meter, Baggio juga andal urusan tendangan bebas.
Selain itu, Roberto Baggio adalah satu-satunya pemain Italia yang bisa mencetak gol di 3 Piala Dunia. Dia melakukannya di Italia 1990, Amerika Serikat 1994, dan Perancis 1998. Total, Baggio mengemas 9 gol di Piala Dunia. Jumlah ini sama dengan legenda Paolo Rossi dan penyerang Christian Vieri.

Zinedine Zidane


Seiring dengan perkembangan sepak bola yang makin modern, sosok playmaker alias pembagi bola semakin sedikit. Padahal, hingga era 1990-an, sosok semacam ini bertebaran dengan kualitas istimewa. Misalnya, Zinedine Zidane yang jadi legenda Juventus dan Real Madrid.

Pemain bernama lengkap Zinedine Yazid Zidane ini punya visi bermain yang luar biasa. Dia bisa membaca arah permainan. Umpan-umpan akuratnya adalah film horor untuk lini pertahanan lawan. Skill individualnya juga ampuh. Kaki kanan dan kiri Zidane sama baiknya.

ESPN melabeli pria yang akrab dipanggil Zizou ini sebagai jenius. Faktanya memang demikian. Meski seorang gelandang, Zidane mencetak banyak gol penting bagi timnya pada saat krusial. 

Misalnya, dia membobol gawang Brasil dua kali di final Piala Dunia 1998. Zizou juga mencetak gol kemenangan Real Madrid atas Bayer Leverkusen di final Liga Champions 2002, melalui tendangan voli cantik.

Zidane banyak mendapatkan penghargaan individual, di antaranya, Pemain Terbaik Dunia FIFA pada 1998, 2000, dan 2003. Ia juga pernah meraih Ballon d'Or 1998. Legenda Perancis, Michel Platini berkata, "Tidak ada pemain yang bisa menyamainya jika berkaitan dengan mengontrol atau menerima bola."

Pep Guardiola


Seperti Zidane, sebelum sukses dalam karier sebagai pelatih, Josep Guardiola terlebih dahulu menorehkan nama sebagai pemain pro. Bakatnya ditemukan langsung oleh Johan Cruyff, legenda sekaligus peletak dasar "tiki-taka" Barca.

Bejo Tiada Tara, [26.09.21 13:54]
Dalam sebuah sesi latihan, Guardiola ditempatkan oleh Cruyff di posisi pivot (gelandang jangkar). Posisi itu jarang dipakai oleh tim Spanyol era tersebut. Namun, Guardiola dalam sekejap membuktikan kemampuannya. Ketika dipromosikan ke tim utama, Guardiola termasuk dalam skuad utama Cruyff di era Dream Team Barcelona. Ia membantu Barca meraih gelar juara Liga Champions pertama pada 1992. 

Guardiola adalah salah satu dari sedikit gelandang yang mengandalkan kreativitas, teknik, visi bermain, dan kecerdasan. Dengan fisiknya yang terlihat rapuh, Pep mampu mengubur kekurangannya soal kemampuan fisik dan kecepatan. Sebaliknya, umpan-umpan akurat dan caranya memantau arus permainan, jadi inspirasi banyak pemain Barcelona setelah eranya.

Selama berkarier sebagai pemain Barcelona, Pep Guardiola mampu meraih 6 gelar Liga Spanyol dan sekali Liga Champions. Pada 2001/2002, Pep memilih hengkang ke Brescia, lalu ke Roma semusim berselang. Sempat tampil untuk Al-Ahli (Qatar), Guardiola menutup perjalanann cemerlangnya di Dorados de Sinaola, klub Meksiko.

Filippo Inzaghi


Sekilas, sosok penyerang yang lahir di Piacenza, 9 Agustus 1973 ini tampak tidak punya keistimewaan. Dari segi fisik, Filippo Inzaghi terlihat kurus dan rentan cedera. Dari segi teknik, ia juga cuma rata-rata. Inzaghi juga bukan pemain yang punya tendangan kencang, atau terlibat membantu pertahanan tim.

Namun, di balik semua kelemahan itu, Inzaghi memiliki insting mencetak gol yang sangat tinggi. Super Pippo, julukannya, unggul dalam penempatan posisi, sehingga banyak mencetak gol yang dianggap mudah. Padahal, tanpa kecerdasan tinggi, mustahil seseorang mencetak gol-gol macam itu. Dia adalah nomor sembilan tulen yang tugasnya memang cuma satu: membobol gawang lawan.

Dalam kariernya, Inzaghi bisa menjadi pemain inti di dua klub raksasa Italia, Juventus dan AC Milan. Gol-golnya berperan penting untuk trofi kedua klub tersebut. Misalnya, Inzaghi mengemas brace alias dua gol saat AC Milan mengalahkan Liverpool 2-1 di final Liga Champions 2007. 

Manajer legendaris Manchester United, Alex Ferguson, pernah mengeluhkan sosok Inzaghi. Dia berkata, "Inzaghi pasti terlahir offside". Namun, semakin banyak dibenci kubu lawan, semakin jelas pula, Filippo Inzaghi memang digdaya. Total dia mencetak 288 gol sepanjang karier.


Paolo Maldini


Pemain kelahiran 26 Juni 1968 ini layak disebut sebagai salah satu bek terbaik dalam sejarah sepak bola. Memulai karier sebagai bek kanan, Paolo Maldini lantas mendunia dengan kepiawaiannya di sektor kiri. Ketika mulai termakan usia, Maldini lantas menjadi bek tengah.

Meskipun kebanyakan bek dikenal rajin melakukan tackle, Maldini tidak demikian. Kemampuannya membaca jalannya pertandingan dan gerakan lawan, membuat Maldini tidak membutuhkan tackle. Kalimatnya yang ikonik adalah, "Jika saya harus melakukan tackle, berarti saya sudah melakukan kesalahan".

Sepanjang kariernya, sejak 1984 hingga 2009, Paolo Maldini hanya bermain untuk satu klub, AC Milan. Sang pemain yang identik dengan nomor punggung 3 ini turut merasakan naik dan turunnya prestasi Rossoneri. Maldini meraih gelar pertama di Milan saat juara Serie A pada 1987/1988.  Setelah itu, ia mendapatkan 6 scudetto tambahan, di samping 5 trofi Liga Champions.

Maldini bukan cuma ahli dalam teknik sepak bola, tetapi juga soal kepemimpinan. Dia adalah kapten AC Milan sejak Franco Baresi, bek tengah legendaris Rossoneri, pensiun pada akhir musim 1996/1997.

Ketenangan Maldini di lini belakang terbukti dengan catatannya yang cuma diberi 3 kartu merah sepanjang karier. Zlatan Ibrahimovic meluliskan, "Maldini adalah defender komplet. Dia tangguh, cerdas, dan ahli dalam penjagaan satu lawan satu."

0 komentar:

Posting Komentar