Jumat, 01 Oktober 2021

9 Pemain Sepakbola Legendaris Terbaik Indonesia Sepanjang Masa

Timnas Indonesia memang baru sekali lolos ke Piala Dunia, yaitu pada 1938 dengan nama Hindia Belanda. Garuda juga baru meraih dua kali medali emas SEA Games. Namun, sudah banyak pemain legendaris yang lahir di tanah air, mulai dari Ramang hingga Bambang Pamungkas.

1. Ramang

Ramang yang kelahiran Barru, Sulawesi Selatan, pada 24 April 1924 adalah salah satu penyerang terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Sejak kecil ia sudah menggeluti sepak takraw. Hal ini kemudian membuatnya terasah untuk mencetak gol dengan gaya bicycle kick (tendangan sepeda). Hidup pada era menjelang dan awal Indonesia merdeka, pilihan hidup Ramang untuk bermain sepak bola, tidaklah mudah. Ia pernah bekerja sebagai kernet truk dan tukang becak.

Ramang masuk ke dalam timnas Indonesia sekitar 1952. Dua tahun kemudian, ketika timnas berkelana ke berbagai negara Asia, tim berjuluk Garuda itu mencetak 25 gol. 19 di antaranya diciptakan oleh Ramang. Pada 1956, Ramang termasuk dalam skuad Indonesia yang tampil di Olimpiade Melbourne. Ketika itu di perempat final, Garuda sempat menahan Uni Soviet tanpa gol di pertandingan pertama. Padahal, Soviet yang memiliki Lev Yashin, tergolong tim elite dunia.

Namun, di laga ulang, Ramang dan kawan-kawan kalah dengan skor telak 4-0. Dalam kualifikasi Piala Dunia 1958, Ramang kembali beraksi. Dia mencetak dua gol kemenangan Indonesia atas Cina di Stadion Ikada dalam leg pertama. Salah satu golnya dilakukan dengan bycicle kick. Pada leg kedua, Indonesia kalah 4-3 di Beijing. Garuda lolos, tetapi kemudian gagal melaju lebih jauh karena tidak bertanding melawan Israel. Ramang pensiun dalam usia 44 tahun pada 1968. Setelah itu, ia menjadi pelatih untuk beberapa klub, seperti PSM, PSBI Blitar, hingga Persipal Palu. Ia meninggal di Ujungpandang pada 26 September 1987 dalam usia 63 tahun.

2. Ricky Yacobi

Sosok penyerang kelahiran 12 Maret 1963 ini adalah salah satu elemen Timnas Indonesia yang mendapatkan medali emas SEA Games 1987. Ricky Yacobi mengemas satu gol ketika Garuda mengalahkan Burma 4-1 di semifinal. Berikutnya, di partai puncak Indonesia membungkam Malaysia 1-0 melalui babak perpanjangan waktu. Pada Asian Games 1986, gol tendangan voli Ricky Yacob ke gawang Uni Emirat Arab di babak perempat final membantu Indonesia lolos ke semifinal.

Namun, akhirnya Garuda harus puas meraih medali perunggu di ajang tersebut. Di level klub, Ricky Yacobi membela beberapa tim, mulai dari PSMS Medan, Arseto Solo, hinga PSIS Semarang. Sosok bertinggi 177 centimeter itu sempat dibeli oleh Matsushita FC, klub yang sekarang bernama Gamba Osaka, pada 1988. Namun, faktor adaptasi yang tidak maksimal, membuat Ricky kemudian kembali ke Indonesia.

3. Robby Darwis

Pemain kelahiran 30 Oktober 1964 ini adalah salah satu legenda Persib. Berposisi sebagai bek tengah, ia menjadi andalan Maung Bandung sejak era 1980-an hingga 1997. Prestasi terpenting Robby Darwis adalah membawa Persib juara Liga Indonesia musim pertama pada 1994/1995. Sementara itu, di level internasional, Robby Darwis adalah bagian inti skuad Indonesia yag menghasilkan medali emas ketika tampil di SEA Games 1987 dan 1991.

4.Rochy Putiray

Pria kelahiran Situbondo pada 26 Juni 1970 ini dikenal dengan gaya rambutnya yang warna-warni. Selain itu, Rochy juga terbukti sukses ketika tampil di liga luar negeri, satu hal yang sulit dilakukan pemain Indonesia lain. Ia pernah berseragam Instant-Dich, Kitchee FC, dan South China di Liga Hong Kong. Rochy Putiray sudah menjadi bagian timnas Indonesia sejak SEA Games 1991. Dia mencetak dua gol di ajang tersebut, yang turut membantu Garuda meraih medali emas SEA Games kedua sepanjang sejarah. Prestasi lain Rochy adalah mencetak dua gol Kitchee FC saat mengalahkan AC Milan 2-1 dalam laga persahabatan pada 2004.

5. Widodo Cahyono Putro

Indonesia layak berterima kasih kepada Widodo Cahyono Putro karena satu momen istimewa di Piala Asia 1996. Ketika itu, pria kelahiran Cilacap, 8 November 1970, mencetak gol salto ke gawang Kuwait. Ini adalah gol perdana Indonesia di Piala Asia sepanjang masa. Di level klub, nama Widodo sudah besar ketika ia tampil untuk Warna Agung, klub Galatama, pada periode 1990 hingga 1994. Namun, tuahnya memang berlaku untuk satu klub, Petrokimia Putra. Di Liga Indonesia 1994/1995, meski Petrokimia gagar meraih gelar juara, Widodo diplot sebagai pemain terbaik kompetisi. Sempat bergabung ke Persija, Widodo kembali ke Petrokimia. Ia turut mengantar tim asal Gresik itu juara Liga Indonesia 2002, dengan mengalahkan Persita Tangerang 1-2 di laga final.

6. Kurniawan Dwi Julianto

Jebolan PSSI Primavera ini adalah salah satu dari sedikit pemain Indonesia yang pernah tampil di Eropa. Kurniawan menjajal kemampuan di Sampdoria Primavera pada 1994. Ia kemudian tampil untuk klub Swiss, FC Luzern hingga 1995. Di sana, Kurniawan tercatat sebagai pemain Indonesia pertama yang pernah tampil di Piala Intertoto, kompetisi yang kini dilebur menjadi babak kualifikasi Liga Eropa. Sosok kelahiran Magelang, 13 Juli 1976 ini cukup sering berpindah klub di Liga Indonesia.

Ia pernah tampil untuk Pelita Bakrie, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, Persebaya Surabaya, Persija Jakarta, PSS Sleman, hingga Persipon Pontianak. Kurniawan membantu PSM menjadi juara Liga Indonesia 1999/2000. Di partai final, dia mencetak dua gol sehingga Juku Eja mengalahkan Pupuk Kaltim dengan skor tipis 3-2. Penyerang ulung yang berjuluk Si Kurus ini juga turut membantu Persebaya jadi juara Liga Indonesia 2004.

Di level internasional, Kurniawan Dwi Julianto adalah top skor Indonesia sepanjang masa, sebelum rekornya dipecahkan oleh Bambang Pamungkas. Total Si Kurus tampil 59 kali untuk Garuda, dan menyumbangkan 33 gol. Memang ia tidak dapat membantu timnas meraih gelar. Namun, salah satu kontribusi penting Kurniawan adalah mengantar Indonesia ke final Piala Tiger 2004. Ia menjadi salah satu pencetak gol Garuda saat mengalahkan Malaysia 1-4 di leg kedua semifinal yang digelar di stadion keramat, Bukit Jalil.

7. Fakhri Hussaini

Sebelum dikenal sebagai pelatih Timnas Indonesia U-19 dan U-19, Fakhri Husaini sudah terlebih dahulu memiliki nama di sepak bola tanah air ketika menjadi pemain profesional. Dia berperan baik ketika menjadi playmaker, baik ketika tampil untuk Petrokimia Putra atau Pupuk Kaltim, tim yang dibelanya selama 9 musim.

8. Bima Sakti

Bima Sakti termasuk salah satu pemain jebolan PSSI Primavera yang dibawa ke Italia pada 1993. Ia sempat menjalani latihan bersama klub Swedia, IF Helsingborg. Ketika kembali ke Indonesia, Bima beberapa kali pindah klub, mulai dari PKT Bontang, Pelita Jaya, PSM Makassar, PSPS Pekanbaru, hingga akhirnya klub tempat ia dilahirkan, Persiba Balikpapan saat ia pensiun pada 2016 lalu.

Bima Sakti yang berposisi sebagai gelandang, memiliki visi yang bagus. Dia juga ahli dalam tendangan bebas yang akurat. Pernah mencicipi sepak bola Eropa membuat sosoknya terlihat komplet. Ban kapten timnas Indonesia pernah pula melingkar di lengan pria kelahiran 23 Januari 1976 ini.

9. Bambang Pamungkas

Bepe, demikian Bambang Pamungkas biasa disapa, adalah pencetak gol terbanyak tim nasional Indonesia sepanjang masa. Total, sejak 1999 hingga 2012, Bambang mencetak 38 gol untuk tim Garuda.

Uniknya, gol pertama dan terakhir Bambang Pamungkas untuk Indonesia lahir dalam partai persahabatan. Gol debutnya tercipta pada 2 Juni 199 melawan Lithuania, sedangkan gol pemungkas terjadi pada 14 November 2012 menghadapi Timor Leste.

Pada awal kariernya, Bambang sempat bergabung dengan klub Divisi Tiga Liga Belanda, EHC Norad. Namun, dia tidak bertahan lama di sana, hanya 4 bulan. Pemain kelahiran Semarang, 10 Juni 1980 ini pernah pula bermain untuk klub Malaysia, Selangor FA pada periode 2005 hingga 2007.

Meskipun "hanya" memiliki tinggi 170 centimeter, Bambang terkenal berkat gol-gol sundulannya yang ikonik.